Thursday, October 22, 2009

Pasar Mobil Mewah Tak Pernah Mati di Indonesia

Walaupun krisis ekonomi menerpa, harga minyak dunia melambung, dan situasi politik memanas, pasar mobil mewah di Indonesia tetap ada dan tidak pernah benar-benar mati.

Ketika jenis kendaraan di kelas menengah ke bawah sibuk melakukan reformasi dengan menyiapkan teknologi hemat energi guna menyiasati kenaikan harga minyak dunia yang berakhir pada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), kendaraan premium yang biasanya mengusung mesin berkapasitas 3.000 cc ke atas dan melahap banyak BBM tetap berjalan seperti biasa.

Yang dipersiapkan untuk kendaraan premium ini tidak jauh dari model terbaru, demi memenuhi keinginan pasar mobil-mobil mewah di seluruh dunia.

Hal itu tampak pada ajang tahunan Indonesia International Motors Show (IIMS) 2008 yang digelar Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) di Jakarta Convention Center (JCC) yang berlangsung sejak 11 Juli hingga 20 Juli 2008.

Bertempat di Hall A JCC, sederetan produsen mobil mewah yang notabene berasal dari Eropa, mewakili keberadaan produsen mobil mewah yang ada di Indonesia, seperti BMW, Jaguar, Bentley, Rolls Royce, Daimler, hingga Subaru.

Keberadaan Mercedes-Benz, VolksWegan (VW), VW Caravelle, dan Audi, di ajang ini cukup menarik perhatian pengunjung kelas atas maupun menengah ke bawah. Walaupun dari beberapa Agen Tunggal Pemegang Merk (ATPM) mobil-mobil mewah ini merasa pengunjung yang hadir tidak seramai tahun sebelumnya.

Mercedes-Benz yang pada hari pertama pameran menghadirkan convertiblenya dengan seri SL350, ternyata di hari pertama juga sukses terjual. Kendaraan mewah dua pintu yang memuat dua penumpang yang merupakan kelas roadster M-Benz SL Class dan mengusung mesin dengan kapasitas 3.498 cc ini dijual dengan harga mencapai Rp2 miliar per unitnya.

Harga jual tersebut ternyata tidak menggentarkan konsumen mobil mewah di Indonesia, karena ternyata selama pameran sudah tiga calon konsumen yang siap membawa pulang mobil tersebut dengan membayar tunai harus gigit jari karena model roadster SL 350 tersebut hingga saat ini merupakan satu-satunya yang dimasukan ke Indonesia.

Menurut Presiden dan CEO Mercedes-Benz, Rudi Borgenheimer, hingga Juni 2008 lalu produknya berhasil menguasai pasar mobil premium hingga mencapai 69,4 persen.

"Total penjualan pada semester pertama tersebut telah mencapai 1.300 unit. Dan kami targetkan penjualan hingga akhir tahun mencapai 2.400 unit," ujar dia.

Hingga hari ketujuh pameran, pihak Mercedes-Benz mengaku telah berhasil menjual 42 unit mobil mewah asal Jerman tersebut. Penjualan terbanyak dicetak C Class dengan total 27 unit dan terbanyak terjual adalah C 280 AVG sebanyak 13 unit.

Dapat dibayangkan berapa angka penjualan yang bisa diraih Mercy selama pameran nanti jika minimal harga jual produknya mencapai setengah miliar rupiah, tidak kurang dari puluhan miliar rupiah akan diraih hingga akhir pameran 20 Juli 2008.

Menyebrang sedikit tepat di depan tempat pamer Mercedes-Benz, produk Jerman lainnya VW dan VW Caravelle siap menyambut pengujung pameran dan kedua produk premium ini juga cukup diminati oleh pencinta mobil-mobil mewah di Tanah Air.

PT Garuda Mataram Motor sebagai ATPM merk VW ini khusus memasukan VW Tiguan yang merupakan mobil jenis "Sport Utility Vehicle" (SUV) yang digemari di dunia dan ternyata cukup menarik perhatian penggemar SUV di Tanah Air.

Menurut CEO dari PT Garuda Mataram Motor, Andrew Nasuri, hingga hari ketujuh pameran VW Tiguan yang dijual dengan harga Rp675 juta (on the road) tersebut telah terjual sebanyak 10 unit. Sedangkan secara keseluruhan VW berhasil terjual sebanyak 25 unit.

"Kalau dilihat dari jumlah pengunjung memang di pameran 2007 lebih ramai, tapi kalau dari segi penjualan tampaknya lebih baik tahun ini. Tahun lalu kita berhasil menjual 23 unit, sedangkan sampai tanggal 17 Juli kemarin penjualan sudah 25 unit," ujar dia.

Pada pameran kali ini ATPM VW ini menargetkan penjualan hingga 40 unit kendaraan. Dan Andrew mengaku masih merasa optimis target penjualan tersebut dapat tercapai hingga akhir IIMS.

Dari data semester pertama 2008 yang dikeluarkan oleh Gaikindo, penjualan VW kali ini mencapai angka 50 unit. Angka tersebut memang masih jauh dari target secara keseluruhan yang mencapai 190 unit yang direncanakan dengan masuknya Tiguan, sayangnya produsen VW dari Jerman tidak dapat memenuhi permintaan PT Garuda Mataram Motor yang mencapai 80 unit kendaraan.

"Permintaan Tiguan cukup kuat di Indonesia tapi sayangnya stok yang ada tidak mencukupi untuk saat ini. Untuk Indonesia kami memang minta 80 unit tapi yang sudah pasti 30 unit yang akan masuk, dan hingga saat ini yang sudah indent 34 unit," ujar dia.

Bergerak lebih ke sebelah kiri pengunjung akan menemui Audi, produk premium lain asal Jerman. Tiga tipe dari A4, A8, dan yang baru tanggal 18 Juli ikut dipamerkan di IIMS 2008 adalah Coupe A5 dengan dua pintu dan menampung empat orang layaknya sedan pada umumnya.

Tidak ketinggalan SUV Audi yang diwakili oleh Q7 3.0 TDI yang menjadi tandingan dari BMW X5 yang memiliki kapasitas mesin 3.000 cc juga meramaikan pasar SUV premium di IIMS 2008. Hingga hari ketujuh satu unit Audi Q7 dengan harga mencapai Rp1,5 miliar terjual dalam ajang pameran otomotif terbesar di Indonesia tersebut.

"Hingga tanggal 17 Juli sudah tujuh unit Audi terjual di IIMS ini. Target kami memang antara 10 hingga 11 unit dapat terjual pada pameran kali ini," ujar CEO PT Garuda Mataram Motor yang juga menjadi ATPM untuk Audi di Indonesia, Susilo Darmawan.

Menurut dia, target penjualan kali ini memang lebih rendah dibanding IIMS 2007 lalu yang mampu menjual 13 unit, karena memang ajang IIMS hanya menjadi kesempatan untuk memperkuat brand image dari produk asal Jerman ini.


Tak tersaingi Jepang

Masuknya mobil premium dari Jepang sama sekali tak menggoyang keberadaan mobil premium dari Eropa dan Amerika. Keistimewaan yang diberikan pada kendaraan mewah dari Negara Sakura tersebut akibat adanya kerjasama bilateral antara Indonesia-Jepang melalui "Economic Partnership Agreement" (EPA) tidak dapat disejajarkan dengan kendaraan-kendaraan bermesin besar dari Eropa maupun dari Amerika.

Menurut CEO dari PT Garuda Mataram Motor, Susilo Darmawan, bagaimana pun juga produsen mobil premium di Indonesia tidak dapat mensejajarkan mobil mewah dari Jepang sebagai kompetitor mereka, mengingat adanya keistimewaan dari bea masuk.

Sangat tidak adil jika keistimewaan tersebut lantas mensejajarkan dengan mobil mewah dari Eropa dan Amerika.

"Produsen otomotif Eropa setuju bahwa keberadaan mereka tidak dapat menjadi kompetitor. Tapi kehadiran mereka mewarnai keberadaan mobil bermesin besar di Indonesia, itu saja," katanya.

Perlakuan terhadap Lexus dari Jepang memang berbeda dengan Lexus dari Jerman. Dengan perbedaan bea masuk yang sangat tidak seimbang, menurut Susilo, mau tidak mau produsen mobil mewah dari Eropa dan Amerika menghiraukan kehadiran mobil bermesin besar dari Jepang tersebut.

Jika dilihat secara teknis, dia mengatakan, mobil mewah dari Jepang memang memiliki spesifikasi sama dengan mobil mewah asal Eropa maupun Amerika. Tetapi dari segi harga sangat sulit bagi produk Jepang berada di kelas yang sama dengan kendaraan mewah lainnya.

Atas alasan itu pula produsen merk Audi, VW, dan Mercedes-Benz, tidak merasa resah dengan kehadiran mobil mewah lainnya dari Jepang.

"Sama sekali tidak ada kekhawatiran dengan masuknya mobil mewah Jepang. Kita tetap akan jalan seperti biasa," kata CEO PT Garuda Mataram Motor yang ATPM dari VW, Andrew Nasuri.

Sementara itu, jika ditanyakan apa yang akan terjadi pada dunia mobil mewah di tanah air pada semester kedua nanti, Susilo Darmawan mengatakan akan ada pertumbuhan di kelas premium ini antara 12 hingga 20 persen.

Keyakinan dirinya akan pencapaian yang lebih baik dilatarbelakangi dengan banyaknya varian mobil mewah yang masuk ke pasar tanah air memasuki semester kedua ini. Audi sendiri telah memasukan jenis sedan A4 dan menyusul pada bulan November 2008 Coupe A5.

Merk lain yang masuk ke Indonesia adalah VW Tiguan, Mercedes-Benz SL 350 convertible, BMW 320i Lifestyle, dan BMW X6 yang baru diluncurkan pada 15 Juli lalu di Jakarta Selatan.

Lebih lanjut, Susilo mengatakan, kendala bagi mobil mewah memang secara regulasi bea masuk untuk mobil mewah memang sudah tereduksi dari 55 persen menjadi 50 persen, tapi untuk pajak barang mewah masih tetap tinggi. Bagi kendaraan asal Eropa berfluktuasinya kurs mata uang Euro sangat menyulitkan mengingat 100 persen produk Audi masih impor atau "Completely Build Up" (CBU).

Selain itu, keterlambatan masuknya seri-seri baru dari mobil mewah ini menghambat peningkatan jumlah penjualan. Jika seharusnya peluncuran A4 terbaru di Indonesia dilakukan pada Maret 2008 ternyata harus diundur hingga Mei 2008 lalu sehingga jumlah pembelian tertunda.

"Ini bisa dibilang resiko dari mobil-mobil mewah yang 100 persen `build up`," ujar dia

Dengan kondisi perekonomian yang dikatakan sebagian orang tidak terlalu baik, ternyata penjualan mobil-mobil premium yang nilainya diatas Rp500 juta tidak sepenuhnya menurun.

Pencinta mobil bermesin besar yang memberikan kenyamanan dan yang terpenting "prestise" saat berkendara di Indonesia akan selalu ada, yang berarti dalam kondisi seperti apapun juga pasar mobil mewah tidak pernah benar-benar mati.

sumber : antara.co.id